PENGARUH
SAMPAH TERHADAP KESEHATAN
a.
Efek langsung : efek yang disebabkan
karena kontak langsung dengan sampah, misalnya : sampah beracun ; sampah yang
korosif terhadap tubuh yang karsinogenik, teragonik, sampah yang mengandung
kuman pathogen (berasal dari sampah rumah tangga dan industri).
b.
Efek tidak langsung : dapat
dirasakan masyarakat akibat proses : pembusukan, pembakaran, pembuangan sampah
secara sembarangan, penyakit bawaan vector yang berkembang biak didalam sampah ( lalat dan tikus).
PRINSIP PENANGANAN SAMPAH
Prinsip-prinsip
yang dapat diterapkan dalam penangan sampah misalnya dengan menerapkan prinsip
3-R, 4-R atau 5-R. Penanganan sampah 3-R adalah konsep penanganan sampah dengan
cara reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (mendaur-ulang
sampah), sedangkan 4-R ditambah replace (mengganti) mulai dari sumbernya.
Prinsip 5-R selain 4 prinsip tersebut di atas ditambah lagi dengan
replant (menanam kembali). Penanganan sampah 4-R sangat penting untuk
dilaksanakan dalam rangka pengelolaan sampah padat perkotaan yang efisien dan
efektif, sehingga diharapkan dapat mengrangi biaya pengelolaan sampah.
a.
Reduce (Mengurangi)
Sebisa mungkin lakukan minimalisasi
barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan
material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
b.
Reuse (Memakai kembali)
Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang
bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali
pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia
menjadi sampah.
c.
Recycle (Mendaur ulang)
Sebisa mungkin, barang-barang yg
sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur
ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah
tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
d.
Replace ( Mengganti)
Teliti
barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa
dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita
hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti
kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan
styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.
KONSEP
PENGELOLAAN SAMPAH
Terdapat
beberapa konsep tentang pengelolaan sampah yang berbeda dalam penggunaannya,
antara negara-negara atau daerah. Beberapa yang paling umum, banyak-konsep yang
digunakan adalah:
a.
Hirarki Sampah
Hirarki
sampah merujuk kepada " 3 M "
yakni; mengurangi sampah,
menggunakan kembali sampah dan mendaur ulang,
yang mengklasifikasikan strategi pengelolaan sampah sesuai dengan keinginan
dari segi minimalisasi sampah.
Hirarki limbah yang tetap menjadi dasar dari sebagian besar strategi
minimalisasi sampah.
Tujuan
limbah hirarki adalah untuk mengambil keuntungan maksimum dari produk-produk
praktis dan untuk menghasilkan jumlah minimum limbah.
b. Perpanjangan tanggung jawab penghasil sampah / Extended
Producer Responsibility (EPR)
(EPR)
adalah suatu strategi yang dirancang untuk mempromosikan integrasi semua biaya
yang berkaitan dengan produk-produk mereka di seluruh siklus hidup (termasuk
akhir-of-pembuangan biaya hidup) ke dalam pasar harga produk.
Tanggung jawab produser diperpanjang
dimaksudkan untuk menentukan akuntabilitas atas seluruh Lifecycle produk dan
kemasan diperkenalkan ke pasar. Ini berarti perusahaan yang manufaktur, impor
dan / atau menjual produk diminta untuk bertanggung jawab atas produk mereka
berguna setelah kehidupan serta selama manufaktur.
c.
Prinsip pengotor membayar
Prinsip
pengotor membayar adalah prinsip di mana pihak pencemar membayar dampak
akibatnya ke lingkungan. Sehubungan dengan pengelolaan limbah, ini umumnya
merujuk kepada penghasil sampah untuk membayar sesuai dari pembuangan.
PENGELOLAAN
DAN PENANGGULANGAN SAMPAH MEDIS
Pengelolaan sampah terdiri dari pengumpulan,
pengangkutan, pemprosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material
sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari
kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap
kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk
memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat,
cair, gas, atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk
masing-masing jenis zat.
Praktik
pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara berkembang,
berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, berbeda juga
antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yang tidak
berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial
dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.
Metode
pengelolaan sampah berbeda beda tergantung banyak hal, diantaranya tipe zat
sampah, tanah yang digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area. Pengelolaan
sampah medis akan memiliki penerapan pelaksanaan yang berbeda-beda antar
fasilitas-fasilitas kesehatan, yang umumnya terdiri dari penimbulan,
penampungan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.
Penimbunan ( Pemisahan Dan
Pengurangan )
Proses pemilahan dan reduksi sampah
hendaknya merupakan proses yang kontinyu yang pelaksanaannya harus
mempertimbangkan : kelancaran penanganan dan penampungan sampah, pengurangan
volume dengan perlakuan pemisahan limbah B3
(bahan berbahaya dan beracun seperti
baterai bekas, bekas toner, dan
sebagainya),
dan non B3 serta menghindari penggunaan bahan
kimia B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis sampah
untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.
Penampungan
Penampungan sampah ini merupakan
wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor atau berlumut, terhindar dari
sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload. Penampungan dalam
pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan standarisasi kantong dan kontainer
seperti dengan menggunakan kantong yang bermacam warna seperti telah ditetapkan
dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning
dengan lambang biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan
simbol citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol
radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan tulisan
“domestik”.
Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua
yaitu pengangkutan intenal dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari
titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan
on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong
sebagai yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta petugas
pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.
Pengangkutan eksternal yaitu
pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar (off-site).
Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus
dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan
angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan
tidak bocor.
Beberapa diantara sampah medis sangat mahal
biaya penanganannya karena berupa bahan kimia berbahaya, seperti obat-obatan
yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas kesehatan. Namun demikian tidak semua
sampah medis berpotensi menular dan berbahaya.
Sejumlah sampah yang dihasilkan oleh
fasilitas-fasilitas medis hampir serupa dengan sampah domestik atau sampah kota
pada umumnya. Sementara sampah hasil proses industri biasanya tidak terlalu
banyak variasinya seperti sampah domestik atau medis, tetapi kebanyakan
merupakan sampah yang berbahaya secara kimia.
Pengolahan dan Pembuangan
Metode yang digunakan untuk mengolah
dan membuang sampah medis tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai
dengan institusi yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek
lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat. Teknik pengolahan sampah medis
(medical waste) yang mungkin diterapkan adalah :
a. Incinerasi
b. Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh °C) bersuhu 121°
c. Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau formaldehyde)
d. Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia sebagai desinfektan)
e. Inaktivasi suhu tinggi
f. Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi)
g. Microwave treatment
h. Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran sampah)
i. Pemampatan/ pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang terbentuk
a. Incinerasi
b. Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh °C) bersuhu 121°
c. Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau formaldehyde)
d. Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia sebagai desinfektan)
e. Inaktivasi suhu tinggi
f. Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi)
g. Microwave treatment
h. Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran sampah)
i. Pemampatan/ pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang terbentuk
Limbah cair yang dihasilkan dari
sebuah rumah sakit umumnya banyak mengandung bakteri, virus, senyawa kimia, dan
obat-obatan yang dapat membahayakan bagi kesehatan masyarakat sekitar rumah
sakit tersebut. Dari sekian banyak sumber limbah di rumah sakit, limbah dari
laboratorium paling perlu diwaspadai.
Bahan-bahan kimia yang digunakan
dalam proses uji laboratorium tidak bisa diurai hanya dengan aerasi atau
activated sludge. Bahan-bahan itu mengandung logam berat dan inveksikus, sehingga
harus disterilisasi atau dinormalkan sebelum ”dilempar” menjadi limbah tak
berbahaya. Untuk foto rontgen misalnya, ada cairan tertentu yang mengandung
radioaktif yang cukup berbahaya. Setelah bahan ini digunakan. limbahnya
dibuang.
Banyak pihak yang menyadari tentang
bahaya ini. Namun, lemahnya peraturan pemerintah tentang pengelolaan limbah
rumah sakit mengakibatkan hingga saat ini hanya sedikit rumah sakit yang
memiliki IPAL khusus pengolahan limbah cairnya.
Berikut adalah beberapa cara untuk
menanggulangi sampah medis maupun sampah benda tajam antara lain :
1.
Penanganan
Sampah Medis Cair yang Terkontaminasi ( darah, feses, urin dan cairan tubuh
lainnya.
a. Gunakan sarung tangan tebal ketika menangani dan membawa
sampah tersebut.
b. Hati-hati
pada waktu menuangkan sampah tersebut pada bak yang mengalir atau dalam toilet
bilas. Sampah cair dapat pula dibuang kedalam kakus. Hindari percikannya.
c. Cuci toilet dan bak secara hati-hati dan siram dengan air untuk membersihkan
sisa-sisa sampah. Hindari percikannya.
d. Dekontaminasi
wadah specimen dengan larutan klorn 0,5 % atau disenfeksi local lainnya yang
adekuat, dengan merendam selama 10 menit sebelum dicuci.
e. Cuci tangan sesudah menangani sampah cair dan lakukan dekontaminasi, kemudian cuci sarung tangan.
2. Penanganan Sampah Medis Padat (Misalnya pembalut yang sudah digunakan dan benda-benda
lainnya yang telah terkontaminasi dengan darah atau materi organic lainnya.
a. Gunakan sarung tangan tebal ketika menangani dan membawa
sampah tersebut.
b. Buang sampah padat tersebut ke dalam wadah yang dapat dicuci
dan tidak korosif (plastic atau metal yang berlapis seng) dengan tutup yang
rapat.
c. Kumpulkan tempat sampah tersebut ditempat yang sama dan bawa
sampah-sampah yang dapat dibakar ke tempat pembakaran. Jika tempat pembakaran
tidak tersedia maka bisa dilakukan penguburan saja.
d. Melakukan pembakaran atau penguburan harus segera dilakukan
sebelum tersebar ke lingkungan sekitar. Pembakaran adalah metode terbaik untuk
membunuh mikroorganisme.
e. Cuci tangan setelah
menangani sampah tersebut dan dekontaminasi serta cuci sarung tangan yang tadi
dipakai saat membersihkan sampah tersebut.
3.
Penanganan
Sampah Medis berupa Benda Tajam (Jarum, silet, mata pisau dan lain-lain)
a. Gunakan sarung tangan tebal.
b. Buang seluruh benda-benda yang tajam pada tempat sampah yang
tahan pecah. Tempat sampah yang tahan pecah dan tusukan dapat dengan mudah
dibuat menggunakan karton tebal, ember tertutup, atau botol plastic yang tebal.
Botol bekas cairan infus juga dapat digunakan untuk sampah-sampah yang tajam,
tapi dengan resiko pecah.
c. Letakkan tempat sampah tersebut dekat dengan daerah yang
memerlukan sehingga sampah-sampah tajam tersebut tidak perlu dibawa terlalu
jauh sebelum dibuang.
d. Cegah kecelakaan yang diakibatkan oleh jarum suntik, jangan
menekuk atau mematahkan jarum sebelum dibuang. Jarum tidak secara rutin
ditutup, tetapi jika dibutuhkan, dapat diusahakan dengan metode satu tangan.
·
Letakkan tutup pada permukaan yang
datar dank eras, kemudian pindahkan ke tangan.
·
Kemudian dengan satu tangan, pegang
alat suntik dan gunakan jarumnya untuk menyendok tutup tersebut.
·
Jika tutup sudah menutup jarum
suntik, gunakan tangan yang lain untuk merapatkan tutup tersebut.
e. Jika wadah untuk sampah benda tajam telah ¾ penuh, tutp atau
sumbat dengan kuat.
f. Buang wadah yang sudah ¾ penuh tersebut dengan cara
menguburnya. Jarum dan benda-benda tajam lainnya tidak dapat dapat dihancurkan
dengan membakarnya dan kemudian hari dapat menyebabkan luka dan mengakibatkan
infeksi yang serius. Pembakaran atau membakarnya dalam suatu wadah, dapat
mengurangi kemungkinan, sampah tersebut dikorek-korek dalam tempat sampah.
g. Cuci tangan sesudah mengolah wadah sampah benda tajam
tersebut kemudian dekontaminasi dan cuci tangan.
4. Membuang
Wadah Kimia yang Telah Digunakan
a.
Cuci wadah dengan air wadah gelas
dapat dicuci dengan diterjen, bilas dengan benar-benar bersih dan kemudian bisa
digunakan kembali.
b.
Untuk wadah-wadah plastic yang
berisi zat-zat toksik, misalnya glutaraldehid, bilas tiga kali dengan air
kemudian buang dengan cara menguburnya. Jangan pernah menggunakan wadah
tersebut untuk dipakai kembali setelah dibersihkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar