TEKNOLOGI DALAM PENANGANAN SAMPAH
MEDIS
Teknologi pengolahan limbah medis
yang sekarang sering dioperasikan hanya berkisar antara masalah tangki septik
dan insinerator. Keduanya sekarang terbukti memiliki nilai negatif besar.
Tangki septik banyak dipersoalkan lantaran rembesan air dari tangki yang
dikhawatirkan dapat mencemari tanah. Terkadang ada beberapa rumah sakit yang
membuang hasil akhir dari tangki septik tersebut langsung ke sungai-sungai,
sehingga dapat dipastikan sungai tersebut mulai mengandung zat medis.
Sedangkan insinerator, yang
menerapkan teknik pembakaran pada sampah medis, juga bukan berarti tanpa cacat.
Badan Perlindungan Lingkungan AS menemukan teknik insenerasi merupakan sumber
utama zat dioksin yang sangat beracun. Penelitian terakhir menunjukkan zat
dioksin inilah yang menjadi pemicu tumbuhnya kanker pada tubuh.
Hal yang sangat menarik dari
permasalahan ini adalah ditemukaannya teknologi pengolahan limbah dengan metode
ozonisasi. Salah satu metode sterilisasi limbah cair rumah sakit yang
direkomendasikan United States Environmental Protection Agency (U.S.EPA) tahun
1999. Teknologi ini sebenarnya dapat juga diterapkan untuk mengelola limbah
pabrik tekstil, cat, kulit, dan lain-lain.
a. Insenator
Insenerasi adalah proses dengan suhu tinggi untuk mengurangi
isi dan berat sampah. Proses ini biasanya dipilih untuk menangani sampah yang
tidak dapat didaur ulang atau dibuang ke tempat pembuangan sampah atau tempat
kebersihan perataan tanah.
Cara pemakaian insenerator tong yang sederhana untuk
pembuangan sampah adalah sebagai berikut :
Langkah 1 : jika
mungkin, pilihlah lokasi searah angin menjauhi klinik.
Langkah
2 : buatlah insenerator sederhana
dengan bahan-bahan local seperti tanah atau lumpur atau drum bekas minyak
(misalnya ukuran tong 220 liter)
Langkah
3 : pastikan bahwa insenerator
mempunyai :
·
Cukup inlet udara dibawahnya untuk
pembakaran yang baik.
·
Untuk memudahkan perluasan,
kendurkan susunan batang besi api
·
Bukaan cukup untuk memasukkan sampah
baru dan membuang abu
·
Cerobong asap cukup panjang untuk
memudahkan saluran udara dan pembuangan asap dengan baik.
Langkah 4 : tempatkan drum pada dasar yang cukup keras untuk dasar
konkrit.
Khusus untuk incinerator, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila incinerator akan digunakan di
rumah sakit antara lain : ukuran, desain, kapasitas yang disesuaikan dengan
volume sampah medis yang akan dibakar dan disesuaikan pula dengan pengaturan
pengendalian pencemaran udara, penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur
pengangkutan sampah dalam kompleks rumah sakit dan jalur pembuangan abu, serta
perangkap untuk melindungi incinerator dari bahaya kebakaran.
Keuntungan menggunakan incinerator
adalah dapat mengurangi volume sampah, dapat membakar beberapa jenis sampah
termasuk sampah B3 (toksik menjadi non toksik, infeksius menjadi non
infeksius), lahan yang dibutuhkan relatif tidak luas, pengoperasinnya tidak
tergantung pada iklim, dan residu abu dapat digunakan untuk mengisi tanah yang
rendah.
Sedangkan kerugiannya adalah tidak
semua jenis sampah dapat dimusnahkan terutama sampah dari logam dan botol,
serta dapat menimbulkan pencemaran udara bila tidak dilengkapi dengan pollution
control berupa cyclon (udara berputar) atau bag filter (penghisap debu).
Hasil pembakaran berupa residu serta
abu dikeluarkan dari incinerator dan ditimbun dilahan yang rendah. Sedangkan
gas/pertikular dikeluarkan melalui cerobong setelah melalui sarana pengolah
pencemar udara yang sesuai.
b. Ozonisasi
Proses ozonisasi telah dikenal lebih
dari seratus tahun yang lalu. Proses ozonisasi atau proses dengan menggunakan
ozon pertama kali diperkenalkan Nies dari Prancis sebagai metode sterilisasi
pada air minum pada tahun 1906. Penggunaan proses ozonisasi kemudian berkembang
sangat pesat.
Dalam kurun waktu kurang dari 20
tahun terdapat kurang lebih 300 lokasi pengolahan air minum menggunakan
ozonisasi untuk proses sterilisasinya di Amerika.
Dewasa ini, metode ozonisasi mulai banyak dipergunakan untuk sterilisasi bahan makanan, pencucian peralatan kedokteran, hingga sterilisasi udara pada ruangan kerja di perkantoran. Luasnya penggunaan ozon ini tidak terlepas dari sifat ozon yang dikenal memiliki sifat radikal (mudah bereaksi dengan senyawa disekitarnya) serta memiliki oksidasi potential 2.07 V. Selain itu, ozon telah dapat dengan mudah dibuat dengan menggunakan plasma seperti corona discharge.
Dewasa ini, metode ozonisasi mulai banyak dipergunakan untuk sterilisasi bahan makanan, pencucian peralatan kedokteran, hingga sterilisasi udara pada ruangan kerja di perkantoran. Luasnya penggunaan ozon ini tidak terlepas dari sifat ozon yang dikenal memiliki sifat radikal (mudah bereaksi dengan senyawa disekitarnya) serta memiliki oksidasi potential 2.07 V. Selain itu, ozon telah dapat dengan mudah dibuat dengan menggunakan plasma seperti corona discharge.
Melalui proses oksidasinya pula ozon
mampu membunuh berbagai macam mikroorganisma seperti bakteri Escherichia coli,
Salmonella enteriditis, Hepatitis A Virus serta berbagai mikroorganisma patogen
lainnya (Crites, 1998). Melalui proses oksidasi langsung ozon akan merusak
dinding bagian luar sel mikroorganisma (cell lysis) sekaligus membunuhnya. Juga
melalui proses oksidasi oleh radikal bebas seperti hydrogen peroxy (HO2) dan
hydroxyl radical (OH) yang terbentuk ketika ozon terurai dalam air. Seiring
dengan perkembangan teknologi, dewasa ini ozon mulai banyak diaplikasikan dalam
mengolah limbah cair domestik dan industri.
c. Ozonisasi Limbah Cair Rumah Sakit
Limbah cair yang berasal dari
berbagai kegiatan laboratorium, dapur, laundry, toilet, dan lain sebagainya
dikumpulkan pada sebuah kolam equalisasi lalu dipompakan ke tangki reaktor
untuk dicampurkan dengan gas ozon. Gas ozon yang masuk dalam tangki reaktor
bereaksi mengoksidasi senyawa organik dan membunuh bakteri patogen pada limbah
cair.
Limbah cair yang sudah teroksidasi
kemudian dialirkan ke tangki koagulasi untuk dicampurkan koagulan. Lantas proses
sedimentasi pada tangki berikutnya. Pada proses ini, polutan mikro, logam berat
dan lain-lain sisa hasil proses oksidasi dalam tangki reaktor dapat diendapkan.
Selanjutnya dilakukan proses
penyaringan pada tangki filtrasi. Pada tangki ini terjadi proses adsorpsi,
yaitu proses penyerapan zat-zat pollutan yang terlewatkan pada proses
koagulasi. Zat-zat polutan akan dihilangkan permukaan karbon aktif. Apabila
seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, atau tidak mampu lagi menyerap
maka proses penyerapan akan berhenti,
dan pada saat ini karbon aktif harus
diganti dengan karbon aktif baru atau didaur ulang dengan cara dicuci. Air yang
keluar dari filter karbon aktif untuk selanjutnya dapat dibuang dengan aman ke
sungai.
Ozon akan larut dalam air untuk
menghasilkan hidroksil radikal (-OH), sebuah radikal bebas yang memiliki
potential oksidasi yang sangat tinggi (2.8 V), jauh melebihi ozon (1.7 V) dan
chlorine (1.36 V). Hidroksil radikal adalah bahan oksidator yang dapat mengoksidasi
berbagai senyawa organik (fenol, pestisida, atrazine, TNT, dan sebagainya).
Sebagai contoh, fenol yang
teroksidasi oleh hidroksil radikal akan berubah menjadi hydroquinone,
resorcinol, cathecol untuk kemudian teroksidasi kembali menjadi asam oxalic dan
asam formic, senyawa organik asam yang lebih kecil yang mudah teroksidasi
dengan kandungan oksigen yang di sekitarnya. Sebagai hasil akhir dari proses
oksidasi hanya akan didapatkan karbon dioksida dan air.
Hidroksil radikal berkekuatan untuk
mengoksidasi senyawa organik juga dapat dipergunakan dalam proses sterilisasi
berbagai jenis mikroorganisma, menghilangkan bau, dan menghilangkan warna pada
limbah cair.
Dengan demikian akan dapat
mengoksidasi senyawa organik serta membunuh bakteri patogen, yang banyak
terkandung dalam limbah cair rumah sakit.
Pada saringan karbon aktif akan
terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat yang akan diserap oleh
permukaan karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh,
proses penyerapan akan berhenti. Maka, karbon aktif harus diganti baru atau
didaur ulang dengan cara dicuci.
Dalam aplikasi sistem ozonisasi
sering dikombinasikan dengan lampu ultraviolet atau hidrogen peroksida. Dengan
melakukan kombinasi ini akan didapatkan dengan mudah hidroksil radikal dalam
air yang sangat dibutuhkan dalam proses oksidasi senyawa organik. Teknologi
oksidasi ini tidak hanya dapat menguraikan senyawa kimia beracun yang berada
dalam air, tapi juga sekaligus menghilangkannya sehingga limbah padat (sludge)
dapat diminimalisasi hingga mendekati 100%.
Dengan pemanfaatan sistem ozonisasi
ini dapat pihak rumah sakit tidak hanya dapat mengolah limbahnya tapi juga akan
dapat menggunakan kembali air limbah yang telah terproses (daur ulang).
Teknologi ini, selain efisiensi waktu juga cukup ekonomis, karena tidak
memerlukan tempat instalasi yang luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar